Selasa, 30 April 2013

Soal-Soal Akuntansi - Jurnal Penyesuaian


Soal Akuntansi - Jurnal Penyesuaian

Soal Latihan  Kelas XI IPS

1.  Pada neraca saldo terdapat akun Beban perlengkapan senilai Rp. 2.750.000,- pada tanggal 31 Desember ternyata yang terpakai senilai Rp. 1.150.000,-. Buatlah jurnal penyesuaiannya.

2.     Pada Tanggal 1 Agustus 2008 dibayar asuransi untuk masa 3 Tahun senilai Rp. 8.100.000. dan dicatat dalam akun asuransi dibayar di muka. Buatlah jurnal umum dan jurnal penyesuaiannya. !

3.  Pada tanggal 2 April 2008, diterima dimuka pendapatan jasa jahitan sebesar Rp. 5.000.000,- untuk 50 lbr pakaian. Sampai dengan  tgl 31 Desember jumlah pakaian yang selesai baru 35 lbr. Buatlah jurnal umum dan jurnal penyesuaiannya jika :
a.           Dicatat sebagai Utang
b.           Dicatat sebagai Pendapatan

4.   Pada tanggal 5 Juni 2008 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 28.500.000,- dengan nilai residu Rp. 500.000,-.Mesin ditaksir mempunyai masa manfaat 7 Tahun. Buatlah jurnal umum dan jurnal penyesuaian per 31 Desember 2008.!

5.    Sebuah perusahaan mempekerjakan karyawan berjumlah 20 laki-laki dan 30 perempuan. Perusahaan memberikan gaji Mingguan. Laki-laki digaji Rp. 10.000/hari dan perempuan digaji Rp. 7.500/hari. Gaji diberikan setiap hari sabtu. Tgl 31 Desember jatuh pada hari Rabu. Buatlah jurnal penyesuaiannya.

6.   Pada Neraca sisa terdapat akun Perlengkapan senilai Rp. 3.750.000. Dari perlengkapan tersebut terpakai senilai Rp. 2.250.000,-. Buatlah jurnal penyesuainnya.!

7.    Pada Tanggal 2 Mei 2008 dibayar sewa ruangan sebesar Rp. 7.200.000 untuk masa 2 Tahun dan dicatat dalam akun Sewa dibayar di muka. Buatlah jurnal umum dan dan jurnal penyesuaiannya.!

8.    Sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, masih ada gaji seorang karyawan sejumlah Rp. Rp. 2.500.000,- yang belum di ambil gajinya karena tugas di luar kota. Buatlah jurnal penyesuaian per 31 Desember 2008.!

9.       Pada tanggal 2 Maret 2008 dibayar iklan untuk 100 x penerbitan dan dicatat dalam akun “beban iklan”. Sampai dengan tanggal 31 Desember iklan yang terbit baru 76 x. Buatlah jurnal umum dan jurnal penyesuaiannya!

10.  Sebuah peralatan mempunyai harga perolehan senilai Rp. 5.000.000. Peralatan tersebut disusutkan sebesar 20% dari harga perolehannya. Buatlah jurnal penyesuaiannya !

11.  Pada tanggal 1 Maret 2008 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 15.500.000,- dengan nilai residu Rp. 3.500.000,-.Mesin ditaksir mempunyai masa manfaat 10 Tahun. Buatlah jurnal umum dan jurnal penyesuaian per 31 Desember 2008.!

12. Pada tanggal 2 November 2008 diterima sewa gedung untuk 6 bulan sebesar Rp. 1.200.000,- dan dicatat dalam akun Sewa diterima di muka. Buatlah jurnal penyesuaian per 31 Desember 2008!

13.  Pada tanggal 1 April 2009 dipinjamkan uang Rp. 300.000,- dengan suku bunga 12% setahun. Bunga diterima tiap 1 April dan 1 Oktober. Buatlah jurnal penyesuaian per 31 des 2009.

Anshardaeng: Solusi Masalah Printer Canon pixma Melalui Kedi...


Mengenali penyebab kerusakan printer Canon keluarga Pixma IP (IP1200, IP1300, IP1600, IP1700, IP1880, IP1980, terbaru IP 2770) melalui kedipan lampu indikator. Cara memperbaiki printer Canon keluarga Pixma IP (IP1200, IP1300, IP1600, IP1700, IP1880, IP1980, terbaru IP 2770) melalui kedipan lampu indikator.

Lampu orange : 3x
Lampu hijau : 1x
Indikasi kerusakan :
Kemungkinan terjadi kerusakan pada bagian mekanik printer, terkadang juga hanya masalah sepele seperti ada sobekan kertas yang nyangkut pada bagian mekanik printer.

Lampu orange : 4x
Lampu hijau : 1x
Indikasi kerusakan :

Waste Ink Pad Full (indikasi tinta pembuangan penuh).
Solusi :
Printer perlu direset menggunakan General Tool resetter atau IP resetter.

Lampu orange : 5x
Lampu hijau : 1x
Indikasi kerusakan :
Kemungkinan permasalahan terjadi pada cartridge hitam atau warna. Bisa konector kotor karena tinta atau yang lain. Bisa konector terbakar karena konsleting terkena tinta. Bisa conector rumah cartridge yang kotor.
Solusi :
Jika konector cartridge atau rumah cartridge kotor atau terkena tinta maka perlu dibersihkan menggunakan tisu atau kalau kotor menggunakan penghapus pensil. Jika cartridge terbakar, jelas harus diganti.


Lampu orange : 7x
Lampu hijau : 1x
Indikasi kerusakan :

Kemungkinan permasalahan terjadi pada cartridge warna. Bisa konector kotor karena tinta atau yang lain. Bisa konector terbakar karena konsleting terkena tinta. Bisa conector rumah cartridge yang kotor. Biasa terjadi pada printer Canon IP 1980.
Solusi :
Jika konector cartridge atau rumah cartridge kotor atau terkena tinta maka perlu dibersihkan menggunakan tisu atau kalau kotor menggunakan penghapus pensil. Jika cartridge terbakar, jelas harus diganti.

Lampu orange : 8x
Lampu hijau : 1x
Indikasi kerusakan :
Waste Ink Pad Full (indikasi tinta pembuangan penuh).
Solusi :
Printer perlu direset menggunakan General Tool resetter atau IP resetter.

Lampu orange : 7x
Lampu hijau : 7x

Indikasi kerusakan :
Waste Ink Pad Full (indikasi tinta pembuangan penuh).
Solusi :
Printer perlu direset menggunakan General Tool resetter atau IP resetter.

Lampu orange : 15x
Lampu hijau : 1x
Indikasi kerusakan :

Kemungkinan permasalahan terjadi pada cartridge hitam. Bisa konector kotor karena tinta atau yang lain. Bisa konector terbakar karena konsleting terkena tinta. Bisa conector rumah cartridge yang kotor. Biasa terjadi pada printer Canon IP 1980.
Solusi :
Jika konector cartridge atau rumah cartridge kotor atau terkena tinta maka perlu dibersihkan menggunakan tisu atau kalau kotor menggunakan penghapus pensil. Jika cartridge terbakar, jelas harus diganti.

Semoga bermanfaat …………………..

Senin, 29 April 2013

UPAYA MENGELOLA KELAS YANG KONDUSIF DALAM PROSES BELAJAR



Kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru memegang peran yang penting. Guru adalah kreator proses belajar mengajar. la adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
Oleh karena itu guru, guru perlu menata dan menggelola lingkungan belajar sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi siswa dan menstimulasi setiap anak untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam proses mengajar, Banyak diantara guru yang merasa senang  memberikan tugas yang sebanyak-banyaknya kepada siswa tanpa mengenal dan memahami kondisi dan perasaan siswa yang sudah kelelahan, bosan dan gelisah. Padahal Seharusnya guru tersebut menciptakan atau mengkondisikan suasana kelas dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, berdiskusi, bertanya atau berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Suasana kelas yang kondusif dapat menghindarkan siswa dari kejenuhan, kebosanan atau kelelahan psikis. Selain itu kelas yang kondusif dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar yang lebih tinggi. Oleh karena itu setiap guru perlu menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat mengundang dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif.

      MENGELOLA KELAS MENJADI KELAS YANG KONDUSIF
Banyak diantara guru setelah keluar dari kelas mengeluh kepada teman sejawatnya tentang  tingkah laku siswa yang tidak menyenangkan dikelas. Diantara keluhan-keluhan tersebut antara lain siswa yang mengganggu dalam proses belajar, tidak memiliki rasa hormat, acuh-tak acuh dalam belajar dan siswa  tidak masuk belajar.
Keluhan-keluhan semacan ini mengindikasikan bahwa mengajar adalah pekerjaan yang sulit dan penuh tantangan. Anak-anak saat ini mengalami tekanan dan tantangan emosi, mental dan fisik yang mempengaruhi perilaku dan kemampuan belajar mereka. Disisi lain sebenarnya mengajar adalah profesi yang paling indah di dunia karena membuat kontribusi langsung terhadap trasfer ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan generasi bangsa. Mengajar memberikan tantangan dan kesempatan untuk berkembang, karena mengajar akan menguji kemampuan komunikasi interpersonal kita, pengetahuan akademis, ataupun kemampuan kepemimpinan kita. Oleh karena itu beberapa hal yang dapat  menjadi perhatian kita dalam mengelola kelas yang kondusif antara lain :
1.      Penciptaan Atmosfir Belajar.
Atmosfir atau iklim belajar yang menyenangkan harus senantiasa diciptakan oleh seorang guru, karena memegang peranan penting dalam menstimulasi dan mempertahankan keterlibatan siswa dalam belajar. Dalam menghadapi siswa yang menganggu iklim belajar seorang guru perlu mengampil keputusan yang tepat. Sebagai contoh, Anda sementara menjelaskan materi pelajaran dan seorang siswa dengan sengaja memotong pembicaraan anda, tanpa memperdulikan usaha anda untuk membuat dia tenang. Menghadapi tingkah laku siswa yang seperti ini mungkin anda akan mengatakan  “saya minta kamu diam atau saya kirim kamu ke guru BP untuk diproses” , atau lebih ekstrim mengusirnya keluar dari kelas. Sebenarnya siswa ini sudah tahu konsekuensi bila melanggar aturan di dalam  kelas, siswa tersebut dan teman-temannya hanya ingin menguji reaksi anda terhadap tindakan ini, dengan tujuan mengontrol anda.  Mungkin anda dapat meredam tindakannya, tetapi mereka dapat mengulangi melakukan perbuatannya tersebut kapanpun setiap merasa bosan atau tidak tertarik melakukan aktivitas apapun yang anda tugaskan kepadanya. Bandingkan jika anda mengambil tindakan terhadap siswa yang memotong pembicaraaan anda ini dengan cara anda langsung berhenti bicara dan memandangnya dengan tatapan marah sebentar saja, mungkin dia akan mundur tanpa masuk ke dalam konfrontasi anda. Kalau itu dirasa tidak efektif ,  anda dapat melakukan tindakan dengan mendatangi mejanya dengan mengatakan saya minta anda keluar kelas sebentar. “ Jangan menunggu dia sampai dia bergerak . Berjalanlah ke pintu dan buka pintu sambil memandang dia dengan penuh harapan bahwa dia akan memenuhi permintaan anda. Ketika anda dan dia diluar kelas, anda dapat menjelaskan bahwa perilaku dia tidak sopan dan tidak dapat diterima di kelas.
2.      Pengaturan Meja dan Kursi
Pengaturan tempat duduk siswa memiliki dampak yang sangat besar pada perilaku, motivasi dan interaksi sesama siswa serta guru. Oleh karena itu susunan meja kursi dalam kelas hendaknya memungkinkan siswa untuk dapat saling berinteraksi dan memberi keleluasaan untuk terjadinya mobilitas siswa dalam aktivitas belajar.
Psikologi memainkan peran penting dalam pengaturan tempat duduk, tempat duduk melingkar (meja bundar) mengindikasikan bahwa seluruh siswa memiliki status yang sama.  Meja-meja besar dengan kursi-kursi yang saling berhadapan baik untuk komunikasi dan diskusi. Kursi-kursi berbaris panjang menghadap panggung mengindikasikan perbedaan perbedaan besar antara pembicara dan audiens.
Ada dua Pertimbangan  penting yang kita harus perhatikan dalam pengaturan tempat duduk, yaitu visi dan akses. Ketika siswa duduk, seluruh siswa dapat melihat papan tulis, Layar proyektor (kalau ada) dan jam dinding secara jelas. Guru juga seyogianya  memiliki akses yang cepat dan mudah bagi setiap siswa di kelas. Hindarilah pengaturan tempat duduk yang membuat siswa bertatapan satu sama lain secara langsung.
Pada  sekolah-sekolah  dimana sering ada kelompok-kelompok (gang), baik anak laki-laki maupun perempuan akan memandang rendah siswa lainnya yang duduk berlawanan arah langsung dengannya. Untuk itu guru harus mengatur meja agar mereka saling bertatap muka pada sudut yang sederajat agar dapat menghilangkan masalah ini,  Caranya anda duduk di salah satu kursi siswa di deretan paling depan, jika tatapan anda langsung bertatapan lurus dengan meja siswa lain, maka ubah meja anda sehingga garis lurus  tatapan anda dapat mencakup beberapa meja atau tembok.
Pada beberapa sekolah sering kita melihat di kelas ada tabel (denah) tempat duduk secara alfabetis.  Cara ini dapat membantu guru untuk menghafal nama, mengatur giliran dan mengatur kegiatan-kegiatan yang menuntut siswa bergabung dan bergerak dalam kelompok-kelompok mereka. Cara ini memang efektif terutama jika diterapkan pada siswa yang masih kecil, tetapi dapat menjadi bumerang bila diterapkan pada kelas yang siswa yang  sudah besar. Karena sebagian siswa akan menjadi terganggu atau menjadi apatis jika ditempatkan selama bertahun-tahun  di depan atau di belakang barisan.
3.      Penataan Ruang Kelas sebagai Sentra Belajar.
Dalam menata kelas menjadi sentra belajar, siswa perlu dilibatkan baik dalam perencanaan, disain pembuatan, ataupun pengadaan sumber tertentu yang diperlukan.
Dengan melibatkan siswa dalam penataan ruang kelas dapat membangun rasa kebanggaan dan kebersamaan di kalangan siswa dikelas tersebut. Tentu ini merupakan modal terciptanya suasana kelas yang menyenangkan bagi guru dan siswa, disamping itu pelibatan siswa tersebut juga membantu membangun “perawatan rumah”  yang diperlukan untuk mempertahankan kelas yang aktif dan berorientasi pada siswa.

KESIMPULAN
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai ketrampilan, diantaranya adalah ketrampilan Mengelola kelas yang kondusif dalam proses belajar mengajar dan  ketrampilan mengajar. Ketrampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Sumber Bacaan :
1.  Panduan praktis Model Pembelajaran Efektif SMA . Kerjasama Pemprov dengan UNM 2005.
2.  Pengajaran Kreatif dan Menarik . LouAnne Johnson, PT Indeks 2009

KUALITAS GURU DAN PENDIDIKAN


Tingkatkan Kualitas Guru dan Pendidikan !

Peran Guru

Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia, kehadiran guru bagi peserta didik ibarat sebuah lilin yang menjadi penerang tanpa batas tanpa membedakan siapa yang diterangi nya demikian pula terhadap peserta didik. Tetapi, dalam mengemban amanah sebagai seorang guru, perlu kiranya tampil sebagai sosok profesional. Sosok yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan, sosok yang dapat memberi contoh teladan dan sosok yang selalu berusaha untuk maju, terdepan dan mengembangkan diri untuk mendapatkan inovasi yang bermanfaat sebagai bahan pengajaran kepada anak didik.

Peran guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya berhenti sebagai pemegang tonggak peradaban saja, melainkan juga sebagai rahim peradaban bagi kemajuan zaman. Karena dialah sosok yang berperan aktif dalam pentransferan ilmu dan pengetahuan bagi anak didiknya untuk dijadikan bekal yang sangat vital bagi dirinya kelak. Bahkan yang lebih penting disamping itu, mereka mampu mengembangkan dan memberdayakan manusia, untuk dicetak menjadi seorang yang berkarakter dan bermental baja, agar mereka tidak minder dalam meghadapi masalah dan dapat bersikap layaknya seorang ksatria.

Maka bagaimanapun juga peran seorang guru tidak dapat diremehkan di dalam bidang apapun, baik yang bersifat pendidikan maupun yang lainnya.Tetapi untuk mencari dan menjadi guru yang seperti itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, melainkan membutuhkan etos dan spirit perjuangan yang luar biasa. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Friedric Wilhelm Nietzsche, seorang filsuf terkemuka abad postmodern. Dia menuturkan bahwa seorang guru sejati adalah mereka yang tidak memikirkan segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri, kecuali muridnya. Dari sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa seorang guru yang benar-benar patut dijadikan tauladan adalah mereka yang terfokus pada anak didiknya, demi tercapainya pencerahan. Karena bagaimanapun juga anak didik adalah cikal bakal maju mundurnya sebuah bangsa. Kemana bangsa ini akan diarahkan itu tergantung pada mereka.
Profesionalitas Guru

Namun masalah pelik yang sering kita hadapi selama ini adalah status guru tidak lagi diindahkan oleh pemegang status itu sendiri. Mereka menjadikan eksistensi guru sebagai profesi. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, banyak orang menjadi guru hanya sebagai alternatif atau pelampiasan (jalan keluar mencari nafkah) saja. Guru semacam inilah yang berbahaya, karena mereka tidak mampu membentuk karakter dan mencerdaskan anak didiknya, tetapi mereka malah justru cenderung menguras harta negara. Disamping itu, demi terisinya mata pelajaran, sekarang ini dari pihak sekolah sering kali salah kamar dalam menempatkan posisi guru sebagai pemegang mata pelajaran. Hal itu menjadi sebab utama rapuhnya pendidikan bangsa ini, karena kurangnya profesionalitas tenaga pengajar.

Tak dapat dipungkiri, benturan finansial seringkali menjadi masalah ketika para guru ingin mengembangkan aspek pengetahuan mereka. Terlebih aspek pengembangan karir dengan cara menimba ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, sebagai seorang yang harus lebih pintar dan lebih pandai dari anak didik nya, mau tak mau cara ini harus ditempuh para guru. Dengan kata lain, meningkatkan profesionalisme itu memang harus diiringi dengan sekolah lanjutan setelah memiliki gelar sarjana ke pendidikan. Ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan seminar kependidikan, diskusi dengan pakar-pakar ilmu pengetahuan dan lain sebagainya termasuk cara untuk mencerdaskan diri di samping menuntut ilmu secara formal. Tentu saja kearifan dan kebijaksanaan dalam proses memenej penghasilan sangat dibutuhkan dalam rangka mempersiapkan pendanaan untuk mendapatkan pendidikan kelanjutan. Tidak sedikit para doktor, profesor atau sarjana lanjutan lainnya yang memenej keuangan mereka demikian rupa, sehingga mampu menyelesaikan pendidikan hingga akhirnya benar-benar tampil sebagai seorang pendidik yang memiliki profesi yang dibanggakan.

Setelah itu para guru akan lebih mempunyai peluang dan harapan untuk mendapatkan posisi tawar dalam berbagai aspek, yang akhirnya mendapatkan finansial yang lebih tinggi dari keberadaan mereka semula yang hanya mengandalkan kemampuan mengajar. Dukungan berbagai pihak memang memberikan peluang. Bila diperhatikan undang-undang, perhatian pemerintah yang memberikan dana finansial bagi para guru honor. Saat ini, berbagai peluang yang mengandalkan kemampuan untuk mendapatkan finansial tambahan sudah cukup banyak. Bagi mereka yang mampu menulis, media surat kabar, umumnya memberikan finansial bila tulisan mereka diterbitkan. Lembaga pendidikan kursus juga menunggu para pendidik yang ahli di bidangnya. Sehingga orang-orang yang profesional akan mengandalkan kemampuannya untuk mendapatkan finansial yang berdampak pada kesejahteraan hidup keluarganya.
Ingatlah, kemajuan zaman akan menggiring manusia yang profesional lebih memposisikan diri sesuai ilmu dan kemampuan mereka masing-masing. Jika tidak, semua orang akan tertinggal, terutama para guru.

Anak didik dengan orang tuanya yang mapan akan memilih sekolah dengan tingkat kecerdasan guru yang mereka anggap profesional pula. Lembaga pendidikan akan melakukan hal yang sama, memilih para guru yang profesional, karena finansial yang mereka berikan sama dengan tingkat pengetahuan dan kinerja para guru yang bakal menjadikan siswa mereka cerdas, mampu berkompetisi dan bisa bersaing dengan siswa lainnya dalam dan luar negeri. Jika tidak dari sekarang membenahi diri ke arah yang profesional kapan lagi.

Hari Guru selalu diperingati setiap tanggal 25 November, tapi sadarkah kita, setiap tahun ribuan pengetahuan baru bermunculan yang memerlukan keseriusan para guru untuk membahasnya. Jika guru yang ada tidak mengembangkan diri dengan harapan lebih profesional, apakah mungkin guru mampu mentransfer ilmu pengetahuan yang baru? Cakap, cerdas dan memiliki posisi tawar adalah ciri guru masa depan, yang selalu mengembangkan diri dengan ilmu pengetahuan dan inovasi, yang selalu ingin maju dari peserta didik nya. Anak didik menjadi insinyur, selayaknya guru-guru mereka menjadi doktor atau profesor.
Mengurangi masalah guru

Problem paling vital yang sedang merajalela di kalangan guru sekarang ini adalah kurangnya keseriusan pemerintah dalam menjaga dan melindungi martabat eksistensi guru, baik itu guru tetap, negeri, swasta maupun honor. Sekarang ini eksistensi guru swasta sangat memprihatinkan. Seolah-olah mereka adalah anak tiri yang lagi diterlantarkan oleh pemerintah. Hal tersebut diempiriskan oleh banyaknya sekolah-sekolah swasta yang tidak mampu untuk membiayai guru-gurunya, sehingga yang terjadi adalah berkurangnya kualitas guru, bahkan tidak menutup kemungkinan eksistensi sekolah itu akan berakhir dengan tragis dan memalukan.

Jika keanaktirian itu tidak segera diatasi, dan terus membayang-bayangi, maka yang terjadi adalah tidak layaknya keberlangsungan sebuah yayasan, karena selalu meresahkan masyarakat, dengan jalan menarik iuran sekolah terlalu tinggi, tidak mampu menghargai kinerja guru, dan yang teparah adalah ketidakmampuan memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak didik, dikarenakan kurangnya fasilitas-fasilitas sekolah yang harus dipenuhi.
Kesejahteraan guru dan filsafat pendidikan

Jika kita menginginkan perbal belajar mengajar di suatu kelas berjalan seperti yang kita harapkan, maka kita juga harus memperhatikan berbagai kondisi guru. Berapa pendapatannya, bagaimana kehidupanya, sejahterakah keluarganya, dan masih ada sederetan pertanyaan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Yang lebih pastinya, keutamaan kesejahteraan guru itu tidak hanya sebagai mutu hidupnya saja, tetapi lebih condong pada kualitas pendidikan yang diajarkan. Karena eksistensi guru sebagai manusia tidak mungkin lepas dari ketergantunganya kepada orang lain. Artinya, keberadaan guru sebagai manusia pasti mempunyai keluarga yang harus dicukupinya. Untuk mencukupinya itu pasti memerlukan sesuatu, termasuk uang. Jika kebutuhan itu sulit untuk dicapainya, maka secara otomatis konsentrasinya dalam belajar akan berkurang, dan hal ini berdampak pada kualitas pengajaranya yang berimbas pada murid.

Disamping kekonsentrasian seorang guru, filsafat pendidikan juga perlu dimilikinya, karena filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam peniddikan (Kneller, 1991). Masalah-masalah pendidikan tidak hanya cukup berdasarkan pengalaman, tetapi juga membutuhkan masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Diharuskannya bagi seorang pendidik untuk mengetahui filsafat pendidikan karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup.

Jika ditinjau dari filsafat pendidikan, ada tiga lapangan filsafat, yakni filsafat metafisika, epistemolagi dan aksiologi. Dengan filsafat epistemologi pendidik mengetahui apa yang harus diberikan kepada warga belajar, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut. Dengan filsafat aksiologi pendidik memahami yang harus diperoleh warga belajar tidak hanya kuantitas pendidikan tetapi juga kualitas kehidupan karena pengetahuan tersebut. Hal yang menentukan filsafat pendidikan seorang pendidik adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki dan berhubungan kuat dengan perilaku pendidik, yaitu: Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran, warga belajar, pengetahuan,dan apa yang perlu diketahui.